AbuZakariya Yahya bin Mu'adz ar-Razi, salah seorang murid Ibnu Karram, meninggalkan Rayy, kota kelahirannya, dan beberapa lama menetap di Balkh. Kemudian ia KisahSufi Menyentuh Hati yang Dituduh Mencuri,kisah yang mengharukan ini penuh hikmah untuk kehidupan kita, silahkan simak video nya dengan tuntas. 10Februari 2000. Pencerah Hati. Meskipun sangat menarik sebagai hiburan, kisah-kisah Sufi tidak pernah sekedar dianggap sama dengan fabel, legenda atau folklore . Kisah-kisah ini memiliki wit (ketangkasan pikiran), susunan, dan daya pikat yang sebanding dengan cerita terbaik kebudayaan manapun; namun fungsinya sebagai cerita-nasehat Sufi hanya 2 Kata-Kata Sufi yang Menyentuh Hati. Ilustrasi (credit: Freepik) Inilah kata-kata sufi yang menyentuh hati, dan dapat menjadi penuntun dalam menjalani kehidupan. Berikut kata-kata sufi tersebut: Tujuan dari ilmu adalah mengamalkannya, maka ilmu yang hakiki adalah yang terefleksikan dalam kehidupannya, bukannya yang bertengger di kepala. fVBUg. Muqadimah Segala puji bagi Allah tuhan Robbul Alamin, Maha Guru Semesta Alam juga selawat dan salam atas junjungan nabi kita Muhammad melalui ajaran belia kita akan memperoleh hidup yang bermakna baik didunia maupun diakhirat. Kisah Sufi yang ditulis disini merupakan kisah yang sangat menyentuh hati, yang dapat ditarik hikmahnya. Ada beberapa buku dan Site yang membahas kehidupan para sufi yang terdapat pada library kami, beberapa diantaranya kami kutipkan disini. Semoga melalui kisah-kisah ini akan menjadi cermin bagi kita semua untuk memperhalus, pemahaman kita tentang konsep kecintaan kita kepada Robbul Jalil sufisme. Untuk masuk kedalam kisah tersebut klik tauatan yang berada diabawah sub induk judul Kisah Sufi tersebut Wassalam Aryulius Jasuan loading...Kisah ini yang diambil dari Buku Keempat dari Mathnawi karya Rumi, sudah jelas dengan sendirinya. Foto/Ilustrasi Ist Kisah berikut ini dinukil dari buku berjudul "Tales of The Dervishes" karya Idries Shah yang diterjemahkan Ahmad Bahar menjadi "Harta Karun dari Timur Tengah - Kisah Bijak Para Sufi". Berikut kisah tersebutAda seorang kaya dan murah hati yang tinggal di Bokhara. Karena ia memiliki pangkat tinggi dalam hierarki yang tidak kelihatan, ia dikenal sebagai Pemimpin Dunia. Ia membuat satu syarat untuk hadiah yang diberikannya. Setiap hari diberikannya emas kepada sekelompok masyarakat yang sakit, yang janda, dan selanjutnya. Tetapi tak diberikannya apa pun kepada yang membuka semua orang bisa tahan berdiam diri. Baca Juga Pada suatu hari, tibalah giliran para ahli hukum menerima bagian hadiah. Salah seorang di antara mereka itu tidak dapat menahan diri mengajukan permohonan selengkap dan sesuatu pun diberikan ia belum berhenti berusaha. Hari berikutnya, orang-orang cacat diberi hadiah, dan ia pun berpura-pura anggota badannya Sang Pemimpin mengenalinya, dan ia pun tak mendapatkan berikutnya lagi, ia kembali menyamar, menutupi wajahnya, bergabung dengan kelompok masyarakat yang berbeda. Kali ini pun ia dikenali dan dan lagi ia mencoba, bahkan juga pernah menyamar sebagai wanita namun tetap saja gagal. Baca Juga Akhirnya, ahli hukum itu bertemu dengan seorang yang mengurus pemakaman dan memintanya untuk membungkus dirinya dengan kain kafan. "Kalau Sang Pemimpin lewat, ia nanti mungkin mengiraku mayat. Ia mungkin melemparkan sejumlah uang untuk pemakamanku dan kau akan kuberi bagian."Hal itu pun dilaksanakan. Sekeping uang emas dilemparkan Pemimpin ke balutan kafan itu. Ahli hukum itu pun meraihnya, takut didahului oleh pengurus jenazah itu. Lalu, ia berkata kepada dermawan itu, "Kau mengingkari hadiah untukku. Lihat, bagaimana aku telah mendapatkannya!""Tak ada yang bisa kau dapatkan dariku," jawab orang murah hari itu, "sampai kau mati. Inilah makna ungkapan tersamar 'orang harus mati sebelum ia mati'. Hadiah itu datang setelah 'kematian', dan bukan sebelumnya. Dan bahkan, 'kematian' ini pun tak mungkin ada tanpa pertolongan."Menurut Idries Shah, kisah ini yang diambil dari Buku Keempat dari Mathnawi karya Rumi, sudah jelas dengan Darwis mempergunakannya untuk menekankan bahwa, walaupun anugerah bisa 'direnggut' oleh orang cerdik, kemampuan 'emas' yang diambil secara benar dari seorang guru seperti Si Pemurah dari Bokhara itu memiliki kekuatan yang melampaui apa yang kasat mata. Inilah sifat yang sulit dipahami dari anugerah. Baca Juga mhy sumber gambar Bertutur adalah cara yang efektif untuk menyentuh hati dan mengubah perilaku seseorang. Penuturan yang benar dan baik akan mampu menembus hati terdalam seseorang. Karena itu pula, sebagian besar muatan al-Qur’an berupa kisah. Allah Ta’ala hendak menegaskan, kisah yang memiliki hikmah merupakan cara pengajaran yang efektif terhadap jiwa seseorang. Dengan tetap harus memperhatikan muatan kebenaran, kita dibolehkan untuk mengadopsi berbagai kisah kehidupan. Sebab hikmah milik orang beriman, bisa diambil di mana pun, dari kalangan mana pun. Selama muatannya bagus dan tak menyelisihi kandungan suci al-Qur’an, kisah bisa diambil untuk dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam sebuah kisah sufi yang cukup masyhur, tersebutlah dua orang. Orang pertama memiliki badan tambun, berisi, gemuk. Sedangkan orang kedua kurus, sedikit dagingnya. Alkisah, dua insan tersebut dimasukkan ke dalam jeruji besi. Dipenjara karena sebuah kasus. Kepada para muridnya, sang sufi melontarkan pertanyaan; di antara dua orang tersebut, mana yang bisa bertahan lebih lama? Orang-orang yang gemuk dalam kisah ini merupakan perlambang manusia yang hobi mengupayakan dan menumpuk dunia. Banyak hal yang dia inginkan. Harta, tahta, dan wanita; semuanya ditumpuk hanya demi menuruti nafsunya. Orang gemuk ini berbeda dengan mereka yang memang digemukkan oleh Allah Ta’ala. Mereka gemuk karena nafsunya, tidak pernah berfikir akibat dari kegemukan yang mereka alami. Di dalam jeruji besi, orang gemuk tersebut lebih sering mengeluh, tidak tahan terhadap ujian dan siksaan para sipir penjara. Ia menyerah. Tak kuat menahan semua keburukan yang ditimpakan. Kebiasaannya menikmati hidup dengan mudah tanpa perjuangan yang berarti amat sukar ditolaknya. Imajinasinya masih meninggi dalam buai kenikmatan yang selama ini dia dapatkan. Berbeda dengan orang yang kurus. Ia santai menikmati ujian di penjara. Bahkan, makanannya lebih teratur lantaran ada jadwal makan di dalam kerangkeng besi. Saat di alam bebas, dia justru makan sekenanya; tidak jelas waktu dan menunya. Ia juga tahan banting dan tak mudah mengeluh, sebab sering kali mendapatkan kesukaran dalam hidup sehari-hari. Dengan tanpa mendiskreditkan saudara-saudara kita yang dikaruniai kegemukan oleh Allah Ta’ala, hendaknya kita mengambil hikmah. Apakah kita bisa benar-benar bertahan hidup jika kelak Allah Ta’ala menguji kita dengan beragam ujian ketidakbaikan dalam hidup? Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]

kisah sufi menyentuh hati